Tuesday, March 21, 2017

Contoh Analisis Common-Size

What is a 'Common Size Financial Statement'?

A common size financial statement displays all items as percentages of a common base figure. This type of financial statement allows for easy analysis between companies or between time periods of a company. The values on the common size statement are expressed as percentages of a statement component, such as revenue.

Example:
PT. BAGAS PERKASA JAYA
Neraca Komparatif dalam Persentase Per-Komponen
Per 31 Desember 2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)
NERACA
31 Desember
Common-Size (%)
2009
2010
2009
2010
AKTIVA




Aktiva Lancar




   Kas
 Rp  1.300
 Rp  1.200
9,29
7,50
   Piutang Dagang
 Rp  1.200
 Rp  1.000
8,57
6,25
   Persediaan
 Rp  2.200
 Rp  2.600
15,71
16,25
   Total Aktiva Lancar
 Rp  4.700
 Rp  4.800
33,57
30,00
Aktiva Tetap




   Tanah
 Rp  2.300
 Rp  3.700
16,43
23,13
   Gedung
 Rp  4.000
 Rp  4.000
28,57
25,00
   Mesin
 Rp  4.000
 Rp  5.000
28,57
31,25
   Akumulasi Depresiasi
 Rp(1.000)
 Rp(1.500)
(7,14)
(9,38)
   Total Aktiva Tetap
 Rp  9.300
 Rp11.200
66,43
70,00
Total Aktiva
 Rp14.000
 Rp16.000
100%
100%
PASIVA (UTANG & MODAL)




Utang Lancar
 Rp  2.500
 Rp  2.200
17,86
13,75
Utang Jangka Panjang
 Rp  4.500
 Rp  6.000
32,14
37,50
Modal
 Rp  7.000
 Rp  7.800
50,00
48,75
Total Utang & Modal
 Rp14.000
 Rp16.000
100%
100%


PT. BAGAS PERKASA JAYA
Laporan Laba-Rugi Komparatif dalam Persentase Per-Komponen
Per 31 Desember 2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)
LABA-RUGI
Tahun
Common-Size (%)
2009
2010
2009
2010
Penghasilan
 Rp  150.000
 Rp  200.000
100%
100%
Harga Pokok Penjualan
 Rp  (50.000)
 Rp (60.000)
(33,33)
(30,00)
Laba Kotor
 Rp  100.000
 Rp  140.000
66,67
70,00
Biaya Pemasaran
 Rp  (25.000)
 Rp (34.000)
(16,67)
(17,00)
Biaya Administrasi
 Rp  (20.000)
 Rp (28.000)
(13,33)
(14,00)
Biaya Bunga
 Rp  (10.000)
 Rp (14.000)
(6,67)
(7,00)
Laba Sebelum Pajak
 Rp    45.000
 Rp    64.000
30,00
32,00
Pajak (15%)
 Rp    (6.750)
 Rp   (9.600)
(4,50)
(4,80)
Laba Bersih
 Rp    38.250
 Rp    54.400
25,50
27,20

Abiyyu Dzaky Wicaksono
C1L014040
Akuntansi Internasional
Universitas Jenderal Soedirman



Sunday, March 12, 2017

Sistem Pengendalian Intern pada Garuda Indonesia (Persero) Tbk 2014



Sistem pengendalian bertujuan untuk mencapai keseimbangan yang optimal atas kualitas, delivery dan biaya. Keseimbangan ini merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kepuasan pengguna jasa intern meliputi aspek-aspek keuangan, non keuangan, kualitatif maupun kuantitatif dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam pelaksanaannya, fungsi pengendalian internal harus selalu memperhatikan kepentingan-kepentingan Perseroan, pemegang saham dan pemangku kepentingan terkait (pengguna jasa, pegawai, masyarakat, dan negara) sesuai dengan kerangka yang digariskan dalam visi, misi dan tujuan Garuda Indonesia.

Kegiatan pengawasan dan pengendalian internal pada tingkat Komisaris dibantu oleh Komite Audit. Fungsi pengawasan dan pengendalian juga mencakup fungsi pengawasan dan pengendalian yang melekat pada setiap unit bisnis termasuk unit-unit pendukung (embedded internal control), Audit Internal dan Manajemen Risiko. Pengendalian internal adalah suatu proses yang melibatkan seluruh personel yang ada dalam organisasi mulai dari Dewan Komisaris, Direksi, Manajemen, hingga karyawan tingkat bawah, yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) dalam rangka mencapai tujuan organisasi, yaitu mencakup:
a. efektivitas dan efisiensi operasi, b. keandalan pelaporan keuangan, dan c. kepatuhan terhadap hukum, peraturan perundangan dan ketentuan yang berlaku.

Pengendalian bukanlah sesuatu yang ditambahkan dalam proses manajemen tersebut, akan tetapi merupakan bagian integral dalam proses tersebut. Terdapat 5 (lima) komponen yang menunjang efektivitas kontrol internal, yaitu: 1. Lingkungan pengendalian (Control Environment) 2. Penilaian Risiko (Risk Assessment) 3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities) 4. Informasi dan Komunikasi 5. Monitoring 

Pada 2014, SPI telah melaksanakan 51 pemeriksaan di antaranya 40 PKPT dan 11 Pemeriksaan Khusus, dari yang direncanakan sebanyak 40 PKPT dan 8 non PKPT. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan SPI tahun 2014 menghasilkan sebanyak 82 rekomendasi dan telah selesai ditindaklanjuti sebanyak 66 rekomendasi sehingga status open per 31 Desember 2014 sebanyak 16 (20,0%) rekomendasi. Sedang hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor eksternal (BPKRI & KAP) pada tahun 2014 menghasilkan 121 rekomendasi dan telah selesai ditindaklanjuti sebanyak 116 rekomendasi sehingga status open per 31 Desember 2014 sebanyak 5 (4,0%).


Abiyyu Dzaky Wicaksono
C1L014040
Audit II
Akuntansi Internasional Universitas Jenderal Soedirman


sumber: idx.co.id

Saturday, March 11, 2017

Internal Control - Integrated Framework (COSO ERM)

Sumber gambar: google.com

COSO Enterprise Risk Management — Integrated Framework
 (COSO ERM
) adalah kerangka kerja manajemen risiko korporasi (MRK) yang diterbitkan oleh Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission Amerika Serikat pada tahun 2004. COSO ERM merupakan pengembangan dari kerangka kerja COSO untuk pengendalian internal yang diterbitkan pada tahun 1992. Kerangka kerja COSO ERM terdiri atas delapan komponen dan empat kategori sasaran yang divisualisasikan dalam bentuk kubus.
  • Lingkungan internal (internal environment)Lingkungan pengendalian adalah rangkaian standar, proses dan struktur yang menjadi dasar dalam pelaksanaan IC di seluruh organisasi. Terdapat lima prinsip yang terkait dengan komponen ini yaitu:
    • Organisasi menunjukkan komitmen terhadap integritas dan nilai-nilai etika
    • Board of directors menunjukkan independensi dari manajemen dan melaksanakan pengawasan terhadap pengembangan dan pelaksanaan IC.
    • Dengan pengawasan Board, manajemen menetapkan struktur, bentuk pelaporan, tanggung jawab dan otoritas yang diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan.
    • Organisasi menetapkan komitmen dalam menarik, mengembangkan, dan mempertahankan individu yang kompeten dalam rangka pencapaian tujuan.
    • Organisasi memegang individu yang bertanggungjawab dalam IC dalam rangka pencapaian tujuan.
  • Penentuan sasaran (objective setting): Objective/Goal Setting adalah sebuah proses yg bertujuan untuk mengidentifikasi prioritas pekerjaan/ kehidupan lalu mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan pribadi dan profesional.
  • Identifikasi peristiwa (event identification): Komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial baik yang terjadi di lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang mempengaruhi strategi atau pencapaian tujuan dari organisasi. Kejadian tersebut bisa berdampak positif (opportunities), namun dapat pula sebaliknya atau negative (risks). Terdapat 4 model dalam identifikasi risiko, yaitu: (1) Exposure analysis; (2) Environmental analysis; (3) Threat scenario; (4) Brainstorming questions. Salah satu model, yaitu exposure analysis, mencoba mengidentifikasi risiko dari sumber daya organisasi yang meliputi financial assetsphysical assets seperti tanah dan bangunan, human assets yang mencakup pengetahuan dan keahlian, dan intangible assets seperti reputasi dan penguasaan informasi. Atas setiap sumber daya yang dimiliki organisasi dilakukan penilaian risiko kehilangan dan risiko penurunan. seperti kas dan simpanan di bank,
  • Penilaian risiko (risk assessment): Penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis dan berulang untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko untuk mencapai tujuan, serta membentuk dasar mengenai bagaimana risiko harus dikelola. Terdapat empat prinsip yang berkaitan dengan komponen ini yaitu:
    • Organisasi menentukan tujuan yang spesifik sehingga memungkinkan untuk dilakukan identifikasi dan penilaian risiko yang terkait dengan tujuan.
    • Organisasi mengidentifikasi risiko yang terkait dengan pencapaian tujuan di seluruh entitas dan menganalisis risiko untuk menjadi dasar bagaimana risiko akan diperlakukan.
    • Organisasi mempertimbangkan potensi fraud dalam penilaian risiko.
    • Organisasi mengidentifikasi dan menilai perubahan yang akan memengaruhi sistem pengendalian internal secara signifikan.
  • Tanggapan risiko (risk response): Pengendalian terhadap organisasi yang menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Risk response dari organisasi dapat berupa: (1) avoidance, yaitu dihentikannya aktivitas atau pelayanan yang menyebabkan risiko; (2) reduction, yaitu mengambil langkah-langkah mengurangi likelihood atau impact dari risiko; (3) sharing, yaitu mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau sebagian dari risiko dengan pihak lain; (4) acceptance, yaitu menerima risiko yang terjadi (biasanya risiko yang kecil), dan tidak ada upaya khusus yang dilakukan.
  • Aktivitas pengendalian (control activities): Aktivitas Pengendalian merupakan tindakan yang ditetapkan dengan prosedur dan kebijakan untuk meyakinkan bahwa manajemen telah mengarah untuk memitigasi risiko dalam rangka pencapaian tujuan. Terdapat tiga prinsip dalam komponen ini yaitu:
    • Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian yang berkontribusi terhadap mitigasi risiko sampai pada tingkat yang dapat diterima dalam rangka pencapaian tujuan.
    • Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian secara umum terkait teknologi dalam rangka pencapaian tujuan.
    • Organisasi menyebarkan aktivitas pengendalian melalui kebijakan dan prosedur dalam pengimplementasiannya.
  • Informasi dan komunikasi (information and communication): Informasi diperlukan dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab IC nya dalam rangka pencapaian tujuan. Sedangkan komunikasi terjadi baik secara internal maupun eksternal dengan menyediakan informasi yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan IC sehari-hari. Terdapat tiga prinsip dalam komponen ini yaitu:
    • Organisasi memperoleh dan menggunakan informasi yang berkualitas dan relevan dalam rangka mendukung fungsi dari komponen lain dalam IC.
    • Organisasi secara internal mengomunikasikan informasi, termasuk tujuan dan tanggung jawab IC dalam rangka mendukung fungsi dari komponen lain dari IC.
    • Organisasi berkomunikasi dengan pihak eksternal terkait hal yang mempengaruhi fungsi dari komponen lain dalam IC.
  • Pemantauan (monitoring): Evaluasi berkelanjutan, terpisah, atau kombinasi keduanya untuk memastikan seluruh komponen IC ada dan berfungsi. Terdapat dua prinsip dalam komponen ini yaitu:
    • Organisasi memilih, mengembangkan, dan melaksanakan evaluasi berkelanjutan dan/atau terpisah untuk memastikan seluruh komponen IC ada dan berfungsi.
    • Organisasi mengevaluasi dan mengomunikasikan defisiensi IC pada pihak yang bertanggung jawab agar diambil tindakan korektif.

Abiyyu Dzaky Wicaksono
C1L014040
Akuntansi Internasional
Universitas Jenderal Soedirman


Thursday, March 2, 2017

Internal Control

Sumber gambar: google.com

Internal control atau pengendalian intern adalah suatu proses atau cara yang dilakukan oleh suatu organisasi dalam mengendalikan atau mengawasi kegiatan operasional yang bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu tindak kecurangan (fraud) dalam organisasi tersebut agar terciptanya mekanisme kerja yang baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan juga berdampak terhadap nama baik organisasi tersebut.

Mengapa dalam audit, para auditor harus memahami dan memeriksa internal control suatu entitas atau organisasi?
Menurut saya, karena internal control tersebut sangat penting terhadap berlangsungnya proses kegiatan atau  mekanisme kerja suatu entitas. Dalam mengaudit suatu entitas, kita harus tau bagaimana sistem internal dari entitas tersebut. Apakah kegiatan dalam suatu entitas tersebut bekerja dengan baik atau tidak, taat terhadap aturan atau tidak, patuh terhadap hukum yang berlaku atau tidak yang bertujuan untuk memeriksa apakah laporan keuangan entitas tersebut dapat dipercaya atau tidak. Dalam mengaudit, kita harus memahami dan memeriksa itu semua untuk mendapatkan informasi dan melaporkannya kepada pemegang saham sebagai pertimbangan dalam perencanaan atau mengambil keputusan.


Abiyyu Dzaky Wicaksono
C1L014040
Akuntansi Internasional
Universitas Jenderal Soedirman